Di awal artikel ini saya ingin menulisan syair lagu ”Uang” dari Nicky Astria.
Kapan dan dimana saja diseluruh dunia ini
Tak habis orang bicara, tak henti orang berdiskusi
Tiada bukan, tiada lain
Mereka mencari cara tepat untuk mendapatkan
...Uang...
Ya, banyak
orang berdiskusi guna mencari cara yang tepat untuk mendapatkan uang. Banyak
pula dari mereka yang telah mempraktikkan hasil diskusi tersebut, mulai dari
bekerja, menjalankan bisnis, atau menciptakan produk kekayaan intelektual.
Ternyata mereka berhasil mendapatkan uang. Namun permasalahannya tidak banyak
dari mereka yang mengetahui apa yang harus dilakukan setelah mendapatkan uang.
Sebagian
besar dari mereka membelanjakan uangnya dengan membeli semua hal yang mereka
inginkan. Tidak sulit ditebak, mereka akan segera kehabisan uang tersebut. Lalu
mereka menjalankan aktivitas untuk mendapatkan uang kembali, dan mereka
mendapatkan uang lagi, kemudian membelanjakan uang tersebut untuk keinginan
yang lainnya, dan mereka kembali kehabisan uangnya. Lalu mencari uang kembali, berhasil
mendapatkannya, kemudian membelanjakannya, dan kehabisan uang lagi, begitu
seterusnya.
Siklus ini
akan terus berulang sampai akhirnya mereka tidak sanggup atau tidak mendapatkan
kesempatan lagi untuk melakukan aktivitas mendapatkan uang. Tidak ada lagi uang
untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka pun mulai menjual satu persatu barang
berharga yang dimilikinya. Hingga pada akhirnya tidak ada lagi barang yang tersisa
untuk dijual, dan mereka pun segera terdaftar sebagai rakyat miskin di arsip
statistik dinas sosial pemerintah.
Sementara
itu sebagian kecil dari mereka menyimpan uang yang mereka dapat di dalam
tabungan, dan menyisihkan sebagian uang mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Lalu mereka menjalankan aktivitas untuk mendapatkan uang kembali, dan berhasil mendapatkannya. Kemudian mereka
kembali menyimpan uang yang mereka dapat di dalam tabungan, dan menyisihkan
sebagian untuk memenuhi kebutuhan mereka. Lalu mencari uang kembali, berhasil
mendapatkannya, sebagian disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup, begitu seterusnya.
Siklus ini pun
akan terus berulang sampai akhirnya uang tabungan mereka terkumpul dalam jumlah
yang besar. Lalu mereka membelanjakannya untuk membeli saham-saham perusahaan kecil,
membeli rumah dan toko untuk disewakan, dan membeli hal-hal lain yang dapat
menambah pendapatan mereka. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk pensiun. Namun
uang terus mereka dapatkan dari dividen
saham mereka, dari uang sewa rumah dan toko mereka, serta dari hal-hal lainnya
yang dapat menambah uang mereka. Kemudian mereka segera terdaftar sebagai
pendiri yayasan sosial di departemen hukum pemerintah.
Suatu
ketika saya sedang berada di dalam kelas manajemen keuangan pada program pasca
sarjana magister manajemen di salah satu universitas negeri di pulau sumatera. Pada
saat itu dosen yang mengajar mata kuliah tersebut menceritakan tentang riset
kecilnya. Beliau menanyakan kepada sejumlah mahasiswa yang menghadiri kelasnya
dengan pertanyaan, ”Berapa batang atau berapa bungkus rokok yang anda konsumsi
setiap harinya?” Rata-rata mahasiswa menjawab dua bungkus rokok.
Jika kita
asumsikan satu bungkus rokok seharga Rp. 10.000, itu berarti rata-rata
mahasiswa membelanjakan uang mereka sebesar Rp. 20.000 sehari. Jika kita
asumsikan satu bulan terdiri dari tiga puluh hari, maka rata-rata mahasiswa
membelanjakan uang mereka sejumlah Rp. 600.000 sebulan hanya untuk rokok. Wow,
bukan jumlah yang sedikit untuk dihabiskan dengan cara dibakar.
Jikalaulah
setelah membaca buku ini mereka terbujuk untuk menabungkan uang yang selama ini
mereka gunakan untuk mengonsumsi rokok tersebut, apa yang akan mereka dapatkan
dalam waktu lima tahun kedepan setelah mereka lulus kuliah?
Dari
perhitungan sederhana saya, dalam lima tahun kedepan mereka akan memiliki
tabungan sebesar Rp. 36.000.000, yang didapat dari Rp. 600.000 dikali
60 Bulan. Jika setiap lulusan S1 di Indonesia memiliki tabungan sebesar ini,
maka mereka tidak akan tergesa-gesa mencari pekerjaan. Karena uang tersebut
dapat saja mereka gunakan untuk memulai sebuah bisnis bersama teman-temannya,
atau dapat digunakan untuk melanjutkan pendidikannya.
Perhitungan
di atas akan jauh berbeda hasilnya jika mereka memutuskan untuk menyimpan
uangnya dalam bentuk tabungan lainnya, seperti ke dalam polis asuransi, reksadana,
valuta asing, emas, deposito, dan bentuk-bentuk lainnya. Inilah persoalan yang
banyak dilupakan oleh mereka para generasi muda, yaitu persoalan, ”Me-na-bung”.